Rabu, 02 Juni 2021

RANGKUMAN TEORI DAN TEKNIK KONSELING GESTALT

 

Rangkuman Teori dan Teknik Konseling

Sumber : Buku Teori dan Teknik Konseling 

Pengarang : Gantina Komalasari, Eka Wahyuni dan Karsih.

Tahun : 2014


GESTALT THERAPY

 Perls

A.   Konsep Dasar

1.    Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan

2.  Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian

3.  Manusia aktif terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah laku

4. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi

Hakikat Manusia Menurut Gestalt

1.    Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya

2.    Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu

3.    Aktor bukan reaktor

4.  Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi dan pemikirannya

5.    Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab

6.    Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif

 

C.   Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

1.    Kurang kontak dengan lingkungan, yaitu individu menjadi kaku dan memutus hubungan antara dirinya dengan orang lain dan lingkungan.

2.    Confluence, yaitu individu yang terlalu banyak memasukkan nilai-nilai dirinya kepada orang lain atau memasukkan nilai-nilai lingkungan pada dirinya, sehingga mereka kehilangan pijakan dirinya dan kemudian lingkungan yang mengontrol dirinya.

3.    Unfinished business, yaitu orang yang memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi, perasaan yang tidak diekspresikan dan situasi yang belum selesai yang mengganggu perhatiannya.

4.    Fragmentasi, yaitu orang yang mencoba untuk menemukan atau menolak kebutuhannya seperti kebutuhan agresi.

5.    Tap dog/underdog

Tap dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, dan mengancam.

Underdog adalah keadaan defensive, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, dan ingin dimaklumi.

6.    Polaritas/dikotomi, yaitu orang yang cenderung untuk bingung dan tidak dapat  berkata-kata (speechless) pada saat terjadi dikotomi dalam dirinya.

 

D.   Bentuk-Bentuk Pertahanan Diri (Modes of Defense)

1.   1. Introyeksi (Introjection)

Introyeksi adalah memasukkan ide-ide, keyakinan dan asumsi tentang diri individu, seperti apa individu seharusnya dan bagaimana individu harus bertingkah laku.

Contoh : “Anak laki-laki tidak boleh cengeng dan kamu harus selalu…”

2. Proyeksi (Projection)

Proyeksi merupakan proses dimana individu melakukan atribusi kepada pemikiran, perasaan, keyakinan dan sikap orang lain yang sebenarnya adalah bukan milik individu.

 3.    Retrofleksi (Retroflection)

Retrofleksi adalah proses dimana individu mengembalikan impuls-impuls dan respon-respon kepada dirinya, karena ia tidak dapat mengekspresikannya kepada orang lain dan lingkungan.

 4.    Defleksi (Deflection)

Defleksi adalah metode penghindaran (avoidance) yaitu cara mengubah pertanyaan atau pernyataan menjadi memiliki makna lain, sehingga individu dapat menghindari dan merespon pertanyaan atau pernyataan tersebut.

 5.   Urusan yang tidak selesai (unfinished business) dan penghindaran (avoidance)

Unfinished business adalah perasaan-perasaan yang tidak dapat diekspresika pada masa lalu seperti kesakitan, kecemasan, perasaan bersalah, kemarahan, dan sebagainya.

 Teknik-teknik Konseling

1.    1Kursi kosong (empty chair)

Kursi kosong efektif digunakan untuk menyelesaikan unfinished business.

2.    2. Top dog versus underdog

Menggunakan dua kursi untuk membantu mengatasi konflik antara “yang saya inginkan” dan “yang seharusnya”.

3.      3. Latihan saya bertanggung jawab

4.   4. Membuat serial (making the rounds)

Melibatkan individu untuk berbicara atau melakukan sesuatu kepada orang lain dalam kelompok.

5.   5.  Bermain proyeksi

6.   6. Pembalikkan

7.   7. Tetap pada perasaan

8.    Dan lain-lain

 Lapisan Neurosis (Layers of Neurosis) -> Pandangan Gestalt

1      Menyebabkan gangguan perkembangan pada individu adalah :

1.    1, Lapisan Phony (The Phony Layer)

Individu bertingkah laku sebagai pribadi yang bukan dirinya. Individu hidup dalam fantasi yang diciptakan oleh diri sendiri dan orang lain.

 2.    Lapisan Phobic (The Phobic Layer)

Individu cenderung untuk resisten menerima diri sendiri.

 3.    Lapisan Impasse (The Impasse Layer)

Individu sering merasakan perasaan kematian (a sense of deadness) dan merasa hampa.

 4.    Lapisan Implosif (The Implosive Layer)

Individu dapat menenrima bahwa ia mengalami perasaan kematian dan kehampaan, kemudia ia menghadapinya dan tidak menghindarinya, maka lapisan implosifnya mulai terbuka.

 5.    Lapisan Eksplosif (The Explosive Layer)

Individu dapat memperlihatkan dirinya yang asli dan mengekspresikan kepedihan, kesenangan, dan kemarahannya tanpa harus menutupinya.


Selasa, 01 Juni 2021

Data Alumni SMAN 34 tahun 2021 yang diterima Jalur SNMPTN

DAFTAR NAMA SISWA ANGKATAN 34'21 DITERIMA MELALUI JALUR SNMPTN


 

SEJARAH SMAN 34 JAKARTA

Berdirinya SMA Negeri 34 Jakarta diawali dengan surat permohonan kepada Menteri P & K Nomor 1/Nn/SMA/1973 dan izin dari Kanwil P & K DKI Jakarta yang ditandatangani oleh Asisten I Bidang Pendidikan Bapak Saudswarman tanggal 24 Desember 1973.

Untuk mendukung segala keperluan pendirian, maka dibentuk panitia pendirian SMAN VI Filial pada tanggal 27 Desember 1973 yang diketuai oleh Kolonel Soenito Djojosoegito karena belum memiliki gedung sendiri, maka untuk sementara pelaksanaan pendidikan dilaksanakan di SMP Negeri 68.

Untuk lokasi pendirian gedung digunakan :

1. Tanah milik BNI 46 seluas 1,5 ha di Cilandak.

2. Tanah milik Depdagri seluas 2 ha di Pondok Labu.

Berdasarkan surat Gubernur DKI Jakarta Nomor : 3165/A/K/BKD/73 tanggal 26 Desember 1973 dan Surat Perintah Kerja PPBTP tanggal 6 Juli 1974, maka pembangunan SMA VI Filial (cikal bakal SMAN 34) dimulai. Pada tanggal 28 Mei 1975, gedung baru SMA VI Filial selesai dibangun dan diserahkan oleh Bapak Soewardi Lani selaku Ketua BP4 kepada Departemen P & K. Terhitung 2 Juni 1975, SMA VI Filial resmi memiliki gedung sendiri di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Dengan segala daya dan upaya, SMA VI Filial dapat melengkapi sarana yang diperlukan sehingga pada tanggal 13 September 1978, SMA VI Filial ditetapkan menjadi SMA Negeri 34 Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Menteri P & K Nomor 0298/O/1978.

Pada awal berdirinya SMA Negeri 34 Jakarta berstatus sekolah reguler, kemudian dengan segenap prestasi yang diraih statusnya mengalami perkembangan pada setiap saat, mulai dari sekolah reguler berkembang menjadi sekolah pendamping unggulan kemudian menjadi sekolah unggulan tingkat Jakarta Selatan, kemudian menjadi sekolah unggulan tingkat Provinsi, dan saat ini SMAN 34 Jakarta tetap terus mengukir prestasi baik bidang akademik maupun non akademik.

Selama itu pula SMA Negeri 34 Jakarta sudah dipimpin oleh 15 orang kepala sekolah, yaitu :

1.    Dra.Hj. Nanies Boedimoeljono tahun 1975 s.d. 1990

2.    Dra. Hj. Rosni Rachman tahun 1990 s.d. 1993

3.    Drs. Wasis Ekyono tahun 1993 s.d. 1997

4.    Drs. H. Subarjo, MM. tahun 1997 s.d. 2001

5.    Drs. H. Syahrial Gazali, M.Pd. tahun 2001 s.d. 2003

6.    Dra. Hj. Rachmawaty AR., MM. tahun 2003 s.d. 2005

7.    Drs. H. Achmad Mukri S. tahun 2005 s.d. 2008

8.    Dra. Hj. Lestari tahun 2008 s.d. 2010

9.    Dra. Hj. Radhiyati Soehaili, M.Pd. tahun 2010 s.d. 2012

10. Drs. Ahmad Yani, MM. tahun 2012 s.d. 2014

11. Drs. Mukhlis tahun 2014 s.d. 2015

12. Hj. Patra Patiah, M.Biomed. tahun 2015 s.d 2016

13. Taga Radja Gah, M.Pd tahun 2016 s.d 2017

14. Fatma Erlinda,S.Pd. tahun 2017 s.d 2019

15. Dra. Hj. Umi Harini, MM. tahun 2019 s.d sekarang

 

Berdirinya SMA Negeri 34 Jakarta telah memberi kesempatan kepada masyarakat di wilayah Cilandak dan sekitarnya dan warga masyarakat di Jakarta Selatan untuk menyekolahkan putra/putrinya dalam menghasilkan SDM yang berkualitas. Tahun pelajaran ini sekolah kita ditunjuk Direktur Pendidikan Menengah sebagai SMA rintisan Sekolah model pemenuhan standar Nasional Pendidikan.

B.   SMAN 34 SEBAGAI SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN

SMA negeri 34 Jakarta sebagai sekolah berwawasan lingkungan hidup dimulai pada tahun 1996 melalui kerjasama dengan UNESCO. Kegiatan kerjasama dimulai dengan penanganan sampah dan tanaman disekitar dengan prinsip 4R (recycle, replant, reuse, dan reduce).

Dilanjutkan dengan prestasi yang telah dicapai terkait terkait lingkungan hidup yaitu mendapat penghargaan sekolah AdiwiyataTingkat Nasional (2014), Adiwiyata Mandiri (2016). Peserta Lomba Toyota Eco Youth I (2006) juara 2 sampai Toyota Eco Youth ke 10 (2016) dan tahun 2017 menjuarai TEY 11 dengan materi pembuatan Biogas dari limbah organic yang diberi nama POLAPENA, menjuarai lomba Ketahanan Pangan Kantin sehat tingkat Provinsi DKI dan November tahun 2017 ini mendapat penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta sebagai, “Sekolah Terbaik Dalam Pengelolaan Sampah”. Ini menyebabkan SMA 34 selalu berusaha menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan menyenangkan serta menumbuhkan kesadaran peduli lingkungan dengan menyediakan sarana dan kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup yang bermanfaat bagi siswa dan warga sekolah.

Konsep tentang lingkungan hidup telah diperoleh siswa dalam topik Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) yang terintegrasi dalam keseluruh mata pelajaran. Aplikasinya dilakukan pada kegiatan Gerakan Cinta Lingkungan (GCL) yang dibentuk untuk mendukung SMA 34 sebagai sekolah Adiwiyata Mandiri.

 

Kegiatan lingkungan hidup yang dilakukan diantaranya adalah dengan membuat Program Kerja (Pokja) Bank Sampah,Green House, 3 R, Hidroponik ,Komposting, IPAL, Fauna, Flora, Energi, Toga, Kantin sehat, Kebersihan, Mading Lingkungan dan Divisi Acara Lingkungan Hidup. Kegiatan ini melibatkan seluruh warga sekolah yaitu: siswa, guru, Tenaga Kependidikan, Caraka, Penjual Kantin dan Orang Tua. Kegiatan lingkungan hidup yang berkelanjutan sangat diperlukan

C.   VISI, MISI SMAN 34 JAKARTA

Sebagai sebuah institusi Pendidikan, SMAN 34 Jakarta memiliki arah pandang kedepan yang tertiuang dalam Visi dan Misi SMAN 34 Jakarta, sbb:

1.    Visi

Pendidikan Tuntas Berkualitas, Berakhlak Mulia, Unggul dalam Prestasi Nasional dan Internasional serta berwawasan Lingkungan``

2.  Misi

a.      Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia dan memiliki kompetensi akademik   yang tinggi serta mampu bersaing.

b.      Meningkatkan pelayanan pendidikan dan bimbingan yang profesional sesuai dengan potensi dan kecepatan belajar peserta didik.

c.      Mengelola satuan pendidikan sesuai dengan 8 standar nasional pendidikan yang terintegrasi dengan pendidikan karakter bangsa.

d.        Meningkatkan profesionalisme, kemampuan bahasa Inggris dan TIK bagi pendidik dan tenaga kependidikan.

e.      Melaksanakan proses pembelajaran berbasis TIK.

f.       Membudayakan lingkungan yang bersih, indah dan sehat.Mengembangkan perpustakaan digital ( e-library ) sebagai sumber belajar

g.      Menumbuhkan jiwa kewirausahaan